
Indonesia diapit oleh dua bedua, Australia dan Amerika. Kalo Sara, diapit oleh dua pria, Irfan Bachdim dan Gabe Bondoc. *menangkis tamparan dari arah kiri oleh Jeniffer Bachdim dan sebuah tinju dari arah belakang oleh Ramiele Malubay* *tos sama guru saya-Ip man* Security, mohon atasi dua wanita ini, kok bisa-bisanya masuk ke ruangan saya sih? *halaah* Fiuuhh, maaf atas gangguan yang terjadi barusan. Kecantikan itu bukan tindak kejahatan. Yang jahat itu jika pria berpacar masih melirik atau mengejar kecantikan itu. Jangan salahkan saya kalo mereka (Irfan dan Gabe) masih ngelirik kecantikan saya disaat pacaran sama kalian. Ehem.
Ah, jadi ngelantur.
Hari ini pertandingan antara Malaysia dan Indonesia kembali digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia. Wohooo! Super excited to watch Irfan Bachdim in tonight match. Oke, salah. I mean, Super excited for tonight macth! WOHOOO! Bwahahah. Semua orang excited sama pertandingan malam ini, bisa dilihat dari ramainya antrian di GBK dari pukul enam pagi, supporter-supporter dari Bandung atau kota-kota lainnya yang bela-belain ke Jakarta buat menonton langsung, bahkan tulisan-tulisan menyemangati timnas heboh bermunculan di berbagai media seperti Twitter, Facebook, atau Blog.

Kemarin, saya tanpa sengaja terdampar di sebuah pulau tidak berpenghuni.
"Cut!!!" teriak sutradara dari balik semak-semak. "Gimana sih? Bisa salah dialog?!" "Iya pak, maaf abis saya ingetnya Gabe doang sih." "Baik, ulangi. Take two. Three, two, one, Action." *halaaah* *apa deh*
Kemarin, saya tanpa sengaja terdampar di Blog milik Bambang Pamungkas (klik untuk masuk ke Blog Bambang). Dan saya membaca postingannya tentang pertandingan tanggal 26 lalu.
"Cut!!!" teriak sutradara dari balik semak-semak. "Gimana sih? Bisa salah dialog?!" "Iya pak, maaf abis saya ingetnya Gabe doang sih." "Baik, ulangi. Take two. Three, two, one, Action." *halaaah* *apa deh*
Kemarin, saya tanpa sengaja terdampar di Blog milik Bambang Pamungkas (klik untuk masuk ke Blog Bambang). Dan saya membaca postingannya tentang pertandingan tanggal 26 lalu.
"Ketika itu, suasana di ruang ganti tampak berbeda 180 derajat dari 5 pertandingan yg telah kita lewati sebelumnya. Semua pemain nampak tertunduk lesu memandangi lantai ruang ganti yg basah dan kotor oleh tanah dan rumput lapangan. Keceriaan dan teriakan kemenangan itu tidak terdengar lagi, yg samar-samar terdengar hanyalah suara hembusan napas panjang dan decakan penyesalan yg keluar para pemain yg masih nampak setengah tidak percaya.."-Kutipan paragraf postingan Bambang.
Sedih beneran nih ngebacanya. Hahaha. Coba bayangin, gimana setelah mereka keluar dari ruang ganti itu, mereka membaca mention-mention yang masuk ke Twitter mereka adalah mention-mention marah-marah soal kecerobohan atau apalah, bukannya mention dorongan dan motivasi? Itulah sebabnya kenapa saya gak setuju sama orang-orang yang sok-lebih-bisa-dari-mereka dengan ngetweet marah-marah dan membodoh-bodohkan gitu soal Timnas. Seperti, "Bego banget sih!" atau apa lah. Tuh kan, jadi sinis. Mari kita kendalikan sikap dan mulut kita, apa pun yang terjadi nanti, menang atau kalah.
Sementara itu, saya masih super duper kagum sama orang yang menulis Surat untuk Firman (klik untuk membaca tulisannya). Tulisan ini sempet heboh diperbincangkan di Twitter kemarin dan semua setuju kalo Timnas harus baca tulisan ini.
Dan ini adalah paragraf penutup dari artikel tersebut.
"Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!"
Saya tersentuh baca tulisan itu. Ehem, serius nih. Bwahahah. Senyum selebar mungkin untuk mendukung Timnas kita nanti malam, semua! GOODLUCK, INDONESIA!! :)
Udah ah.
Sorry udah nunggu lama, yuk kita lanjutin main gitar bareng. *ngomong sama Gabe Bondoc* *tsaaah*
Sedih beneran nih ngebacanya. Hahaha. Coba bayangin, gimana setelah mereka keluar dari ruang ganti itu, mereka membaca mention-mention yang masuk ke Twitter mereka adalah mention-mention marah-marah soal kecerobohan atau apalah, bukannya mention dorongan dan motivasi? Itulah sebabnya kenapa saya gak setuju sama orang-orang yang sok-lebih-bisa-dari-mereka dengan ngetweet marah-marah dan membodoh-bodohkan gitu soal Timnas. Seperti, "Bego banget sih!" atau apa lah. Tuh kan, jadi sinis. Mari kita kendalikan sikap dan mulut kita, apa pun yang terjadi nanti, menang atau kalah.
Sementara itu, saya masih super duper kagum sama orang yang menulis Surat untuk Firman (klik untuk membaca tulisannya). Tulisan ini sempet heboh diperbincangkan di Twitter kemarin dan semua setuju kalo Timnas harus baca tulisan ini.
Dan ini adalah paragraf penutup dari artikel tersebut.
"Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!"
Saya tersentuh baca tulisan itu. Ehem, serius nih. Bwahahah. Senyum selebar mungkin untuk mendukung Timnas kita nanti malam, semua! GOODLUCK, INDONESIA!! :)
Udah ah.
Sorry udah nunggu lama, yuk kita lanjutin main gitar bareng. *ngomong sama Gabe Bondoc* *tsaaah*
0 komentar:
Posting Komentar