Sabtu, 11 Desember 2010

Sekeping uang logam: Part II.


dalam tetesan keringatnya

senyum itu merekah

berbekalkan senyum dan sebuah gitar seadanya

menyusuri jalan demi jalan

tak peduli teriknya matahari atau derasnya hujan

mengetuk pintu hati rakyat ibukota


demi menafkahi keluarganya, ujar bibir mungilnya

alih-alih sekeping uang logam

sering kali tatapan sinis yang didapatnya

bahkan dalam cacian dan makian yang dilontarkan kepadanya

senyum itu seakan enggan pergi dari wajah mungilnya

ya, memang tak semua pengguna jalan menyukai keberadaannya


namun tak sekali pun sesal terbesit dalam benaknya untuk dilahirkan di dunia ini

dunia yang nampak begitu tak adil bagi bocah setulus dirinya

“bukankah Tuhan begitu baik bagiku?” ungkap senyum itu.

senyum tulus penuh rasa syukur yang membalut setiap derita dan luka yang tersembunyi


aku terperangah dan malu pada diriku sendiri.



0 komentar:

Posting Komentar