
dalam tetesan keringatnya
senyum itu merekah
berbekalkan senyum dan sebuah gitar seadanya
menyusuri jalan demi jalan
tak peduli teriknya matahari atau derasnya hujan
mengetuk pintu hati rakyat ibukota
demi menafkahi keluarganya, ujar bibir mungilnya
alih-alih sekeping uang logam
sering kali tatapan sinis yang didapatnya
bahkan dalam cacian dan makian yang dilontarkan kepadanya
senyum itu seakan enggan pergi dari wajah mungilnya
ya, memang tak semua pengguna jalan menyukai keberadaannya
namun tak sekali pun sesal terbesit dalam benaknya untuk dilahirkan di dunia ini
dunia yang nampak begitu tak adil bagi bocah setulus dirinya
“bukankah Tuhan begitu baik bagiku?” ungkap senyum itu.
senyum tulus penuh rasa syukur yang membalut setiap derita dan luka yang tersembunyi
aku terperangah dan malu pada diriku sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar