Rabu, 29 Desember 2010

Support Timnas.


Indonesia diapit oleh dua bedua, Australia dan Amerika. Kalo Sara, diapit oleh dua pria, Irfan Bachdim dan Gabe Bondoc. *menangkis tamparan dari arah kiri oleh Jeniffer Bachdim dan sebuah tinju dari arah belakang oleh Ramiele Malubay* *tos sama guru saya-Ip man* Security, mohon atasi dua wanita ini, kok bisa-bisanya masuk ke ruangan saya sih? *halaah* Fiuuhh, maaf atas gangguan yang terjadi barusan. Kecantikan itu bukan tindak kejahatan. Yang jahat itu jika pria berpacar masih melirik atau mengejar kecantikan itu. Jangan salahkan saya kalo mereka (Irfan dan Gabe) masih ngelirik kecantikan saya disaat pacaran sama kalian. Ehem.

Ah, jadi ngelantur.

Hari ini pertandingan antara Malaysia dan Indonesia kembali digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia. Wohooo! Super excited to watch Irfan Bachdim in tonight match. Oke, salah. I mean, Super excited for tonight macth! WOHOOO! Bwahahah. Semua orang excited sama pertandingan malam ini, bisa dilihat dari ramainya antrian di GBK dari pukul enam pagi, supporter-supporter dari Bandung atau kota-kota lainnya yang bela-belain ke Jakarta buat menonton langsung, bahkan tulisan-tulisan menyemangati timnas heboh bermunculan di berbagai media seperti Twitter, Facebook, atau Blog.

Trending Topics di Twitter.

Kemarin, saya tanpa sengaja terdampar di sebuah pulau tidak berpenghuni.
"Cut!!!" teriak sutradara dari balik semak-semak. "Gimana sih? Bisa salah dialog?!" "Iya pak, maaf abis saya ingetnya Gabe doang sih." "Baik, ulangi. Take two. Three, two, one, Action." *halaaah* *apa deh*
Kemarin, saya tanpa sengaja terdampar di Blog milik Bambang Pamungkas (klik untuk masuk ke Blog Bambang). Dan saya membaca postingannya tentang pertandingan tanggal 26 lalu.

"Ketika itu, suasana di ruang ganti tampak berbeda 180 derajat dari 5 pertandingan yg telah kita lewati sebelumnya. Semua pemain nampak tertunduk lesu memandangi lantai ruang ganti yg basah dan kotor oleh tanah dan rumput lapangan. Keceriaan dan teriakan kemenangan itu tidak terdengar lagi, yg samar-samar terdengar hanyalah suara hembusan napas panjang dan decakan penyesalan yg keluar para pemain yg masih nampak setengah tidak percaya.."-Kutipan paragraf postingan Bambang.

Sedih beneran nih ngebacanya. Hahaha. Coba bayangin, gimana setelah mereka keluar dari ruang ganti itu, mereka membaca mention-mention yang masuk ke Twitter mereka adalah mention-mention marah-marah soal kecerobohan atau apalah, bukannya mention dorongan dan motivasi? Itulah sebabnya kenapa saya gak setuju sama orang-orang yang sok-lebih-bisa-dari-mereka dengan ngetweet marah-marah dan membodoh-bodohkan gitu soal Timnas. Seperti, "Bego banget sih!" atau apa lah. Tuh kan, jadi sinis. Mari kita kendalikan sikap dan mulut kita, apa pun yang terjadi nanti, menang atau kalah.

Sementara itu, saya masih super duper kagum sama orang yang menulis Surat untuk Firman (klik untuk membaca tulisannya). Tulisan ini sempet heboh diperbincangkan di Twitter kemarin dan semua setuju kalo Timnas harus baca tulisan ini.
Dan ini adalah paragraf penutup dari artikel tersebut.

"Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!"

Saya tersentuh baca tulisan itu. Ehem, serius nih. Bwahahah. Senyum selebar mungkin untuk mendukung Timnas kita nanti malam, semua! GOODLUCK, INDONESIA!! :)

Udah ah.
Sorry udah nunggu lama, yuk kita lanjutin main gitar bareng. *ngomong sama Gabe Bondoc* *tsaaah*

Senin, 27 Desember 2010

Final AFF, Indonesia vs Malaysia.


Diameter bola mata saya sekejap bertambah berpuluh-puluh kali lipat menjadi sebesar tiga buah bola basket dijadikan satu saking terkejutnya melihat judul berita utama Koran Kompas hari ini, "Ketika Sara Tertarik Pada Bola". Saya mengucek-ngucek mata saya, tidak percaya pada apa yang barusan saya lihat. Iya saya tau ini aneh kalo seorang seperti saya nonton bola. Tapi, apa perlu masuk koran segala?

Kemudian saya melihat judul Headline Kompas hari ini sekali lagi, berharap menemukan jawaban dari keanehan dari penglihatan saya yang pertama. Dan saya malah membaca "Irfan Bachdim Mendapat Semangat dari Mantan" dengan foto Irfan Bachdim menggandeng saya dahulu kala terpampang jelas di halaman muka. Kali ini, hampir saja kecantikan saya berkurang 0,0000001% karena mimik wajah saya berubah menjadi sedikit mengkerut karena kesal. Pertama, kenapa harus foto itu yang dipilih sih?! Kan banyak foto kita berdua dulu yang saya-nya tampak lebih oke dari foto ini?!!!! Kedua, uda berapa kali sih saya bilang sama Media kalo saya dan Irfan itu sekarang cuma berteman. Dan saya mensupport seluruh TIM INDONESIA bukan hanya dia seorang dan maksud saya tulus kok. Kemudian setelah rasa kesal saya mereda, saya merasa aneh.

Akhirnya, saya mengucek-ngucek mata saya untuk kedua kalinya pagi ini. Dan akhirnya lagi, saya membaca judul Headline di Kompas pagi ini adalah "Indonesia Perlu Belajar". Dan saya betul-betul lega melihat judul Headline yang kali ini, berarti dua judul yang tadi itu saya salah baca.*Itu semua karena lu gak bisa ngebedain mana yang khayalan dan mana yang nyata sar!* Ehem.

Baiklah, saya serius.
Kemarin saya menonton pertandingan final AFF antara Indonesia dan Malaysia, dan pada dasarnya saya emang gak ngerti apa-apa soal bola. Pengetahuan saya terhadap sepakbola hanya sebatas tau kalo bola masuk ke gawang itu artinya Gol. Dan saya nonton untuk seru-seruan aja. Emosi saya terpancing saat gol demi gol yang dicetak Indonesia ternyata terhitung Offside (Iya, saya tau dari komentator kok kalo itu Offside, pokoknya kalo Offside artinya bukan Gol kan?), saat melihat kecurangan yang dilakukan Supporter Malaysia dengan lasernya, hingga hasil akhir dari pertandingan kali ini. Yaitu 0-3 untuk Indonesia.

Saya lemas dan sedih Indonesia harus menunda kemenangan dalam pertandingan kali ini. Apalagi dengan (yang katanya) kecurangan demi kecurangan dibalik kemenangan Malaysia. Tapi saya juga masih tetep bangga karena Tim Indonesia udah berhasil sejauh ini, dan apa pun hasilnya gak akan ngerubah rasa bangga saya sama mereka. Tentu bukan saya saja yang kecewa, semua orang juga kecewa.
Tapi, yuk berhenti menambah kekecewaan pemain Indonesia dengan kita yang marah-marah sama mereka di media apa pun, soal kiper yang kebobolan lah, apa lah. Seperti yang saya temukan dalam beberapa tweet di Twitter semalam. Karena sebenernya mereka juga pasti terbeban banget karena gak bisa bawa kemenangan buat kita kali ini. *Sotoy lu Sar* Melainkan sebaliknya, kita support mereka dengan kata-kata positif.

Satu hal yang ingin saya tekankan di postingan kali ini. Atas nama kegantengan Irfan Bachdim, lebih baik kita berhenti nyalah-nyalahin Malaysia dan relain aja. Yang terpenting, mereka tetep kalah ganteng dari Irfan Bachdim. Titik. Mereka boleh melakukan kecurangan sedemikian rupa, saya persilahkan. Tapi untuk hal ini, sayang sekali, gak akan pernah ngerubah kenyataan kalo mereka tetap kalah ganteng dari Irfan Bachdim. Sekian. *Please deh sar apa-apaan coba ini?!* Hahaha. Bercanda. :D

Selain itu, saya juga banyak mendapat Broadcast Message dari teman-teman di BBM yang isinya meminta supporter Indonesia di GBK nanti turut membalas kecurangan dengan kecurangan juga. Supporter Indonesia gak perlu meragukan kekuatan tim kita dengan membawa laser kayak gitu, justru kita harus ngebuktiin sama mereka kalo tim kita bisa menang dengan sportif dan tanpa laser-laseran. Oke?

Serius ini ironis banget orang yang awam bola ngoceh panjang lebar tentang bola. Tiba-tiba saya merasa aneh sendiri. Pasti postingan ini menuai banyak tatapan sinis terhadap saya, Hahaha. Baiklah, Goodluck ya Indonesia!

Jumat, 24 Desember 2010

Kado natal untuk Sara.


Ini malam natal dan Santa dengan kereta saljunya yang ditarik oleh 8 ekor rusa sedang bersiap-siap. "Semua sudah siap?" tanya Santa sambil mengabsen kedepalan rusa kesayangannya. Rusa-rusa itu mengangguk antusias. Santa melirik kertas list-nya. Rusa? Check. Kado natal? Check. Kereta salju udah dicuci? Check. Aku tampil ganteng? Selalu, check. "Oke, semuanya sudah siap sekarang! Mari kita berangkat! Ho-ho-ho!" Wuusss! Kereta salju Santa pun terbang dengan kecepatan maksimum. "Aku tidak boleh terlambat!" seru Santa, lebih kepada dirinya sendiri.

Misi utama Santa malam ini adalah mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah seorang gadis pujaan hatinya yang belia nan jelita bernama Sara (dilarang protes! Huahaha) dan memberikannya sebuah kado spesial. Jarak yang membentang dari Kutub Utara ke Jakarta di Indonesia sama sekali bukan masalah bagi Santa. "Demi seorang Sara ke ujung dunia pun aku rela kok," kata Santa sambil tersenyum halus.

Wah, tidak terasa Santa kini telah tiba di rumah seorang gadis impiannya. Santa berbisik pada Rudolf si rusa berhidung merah, "tunggu di sini sebentar ya." Dia masuk diam-diam melalui cerobong asap rumah Sara (oke, rumah gua emang gak ada cerobong asap. huahaha), berusaha sebisa mungkin agar tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun. Hap. Sekarang Santa berada di dalam kamar Sara.

Gadis itu sedang terlelap dengan manisnya di balik selimut merah. "Ah, manisnya," gumam Santa terhenyak sejenak sambil menatap kecantikan dan kejelitaan Sara dalam tidurnya. Santa kembali tersadar dari lamunannya, dia harus cepat! Jangan sampai Sara terbangun! Dia merogoh sakunya kemudian meraih kotak kecil dan menaruhnya pelan di samping bantal Sara. Yap, good job Santa, mission completed.

Santa baru saja membalikkan badannya untuk dengan segera bergegas meninggalkan Sara, ketika tiba-tiba dia mendengar Sara memanggil namanya, "SANTA! Tunggu!" Santa reflek berhenti melangkah dan menoleh ke arah Sara. Oh, tidak! Sara terbangun! Tapi... gadis itu bahkan tetap manis saat mengenakan piyama, pikir Santa. Heh, santa, ayo fokus dulu, ini dalam keadaan gawat nih! Wajah Sara tampak bingung dan di tangannya kotak kecil itu telah terbuka.

"Ada apa, Sara?"
"Ini apa, Santa? Aku kan mau gitar baru untuk kado natal. Kok isinya cincin?" Santa tidak berani menatap Sara, ia terdiam. Keadaan hening seketika. "...Santa?" kata Sara memecahkan kesunyian.
Santa membuka topinya. Loh, tapi kok rambutnya hitam? Kemudian Santa menarik jenggotnya, dan jenggotnya lepas! Loh, itu jenggot palsu? Sara terkejut. Super duper terkejut. Kalo kamu ada di sini pasti kamu bisa melihat bola mata Sara yg bahkan hampir keluar dari rongga matanya saking terkejutnya. Wajah Santa yang ini sungguh tidak asing baginya. Dan Sara baru sadar, Santa yang ini tidak gemuk, tapi kurus! ("Apa katamu?! Aku gemuk?!!" terdengar teriakan Santa yg sungguhan dari kejauhan.)

"Aku Gabe Bondoc, Sara," ucap si Santa kurus itu. YA TUHAN! Ternyata itu Gabe Bondoc yang menyamar jadi Santa Claus di malam natal ini demi Sara! Sara terkejut bukan main. Dan... cincin itu? Apa maksudnya? "Cincin itu.. Hmm.. Aku ingin kamu jadi tunangan aku," lanjut Gabe Bondoc yang semakin membuat gigi Sara ingin rontok saking terkejutnya. Sara tak kuasa menahan tangis harunya. "Gabe.. Makasih. Aku gak nyangka," kata sara di sela-sela isak tangisnya. Gabe tersenyum. Gabe dan Sara terdiam cukup lama, saling bertatapan. *Cupid-cupid tampak berterbangan di udara.*
Suara narator: Malam natal itu merupakan permulaan dari hari-hari bahagia Sara dan Gabe Bondoc. Dan gak perlu ditanyakan lagi gimana ending ceritanya. Tentunya Happily Ever After dong! :))))

* * *

"AWWWW!" teriak Sara, yang nampaknya mampu terdengar dari sabang sampai maraoke. Ia mengelus-ngelus kepalanya yang sakit, ia terjatuh dari tempat tidurnya. "Astaga, itu semua cuma mimpi ternyata." Dan sayang sekali, Santa dan semua itu memang cuma mimpi bagi Sara.
-THE END-

MERRY CHRISTMASSSSSSSSSSS! Ho-ho-ho :)) Maaf mungkin ini postingan paling menjengkelkan untuk dibaca karena saya banyak memuji diri sendiri huahahah. Dan maaf untuk tokoh-tokoh yang berangkutan (Santa yang saya bilang gendut dan Gabe Bondoc), ini sepenuhnya iseng kok. Merry Christmas ya semuaaaaaa! :)

Rabu, 22 Desember 2010

Dedicated for you.

Untuk mama. -Spesial thanks to Ci candy, penjual bunga. :)

Saya bukan orang yang terbiasa secara langsung atau blak-blakan bilang sayang pada mama dan papa. But trully deep in my heart, I love you mom. And I'm not saying this because today is Mother's Day, I'm saying this because I really do.

Gak mengherankan kalo mama seandainya gak percaya aku bener-bener sayang. Memang klise kelihatannya, dimana anak yang bikin postingan tentang mama bahkan jarang membuktikan kalo dia sayang. Dia lebih sering bikin mama kesel daripada bikin mama seneng. Dia lebih sering bikin mama sedih daripada bangga. Iya, dia emang egois ma. And I'm really sorry for that.

Makasih ya ma. Tanpa kecantikan mama gak mungkin lahir aku yang secantik mama gini. *Please deh Sar ini muji mamanya atau anaknya?* :))

Oke, kali ini serius. Makasih ya ma buat semuanya. Makasih buat selalu maafin kesalahan aku. Makasih udah ngelahirin aku.
Ohya, satu lagi. Aku tetep sayang kok sama mama meski mama ngomong Starbuck jadi Sparbak. :") Hahaha. Bercanda.

HAPPY MOTHER'S DAY FOR EVERY MOM IN THE WORLD! You are great.
Terakhir, aku mau bilang makasih ke Mamanya Gabe bondoc. Karena uda lahirin pasangan hidup saya. *STOP SAR STOP!!* :))

Behind the scene.
”Makasih ya. :")“ ”Sini peluk dulu dong ma! :)“ *peluk* | *suara malaikat: Gini dong Sar, berbaktinya jgn hari ini aja!* :)))

Minggu, 12 Desember 2010

Quick post

"Kedewasaan seseorang dapat dilihat dari bagaimana dia menyikapi perbedaan (suku, agama, ras, pendapat)."-Sara

Kalo ada tombol "Undo" dalam hidup, maka tidak akan ada langkah/keputusan yang akan disesali. Seperti salah potong poni misalnya.-Based on true story.

Sabtu, 11 Desember 2010

Tiga babi kecil.

Aku adalah babi bungsu yang punya dua babi sebagai kakakku. Kebahagiaan kami adalah makanan enak. Kami adalah tiga anak babi bahagia! (Orang tua kami tetep seorang manusia, btw.)

Sekeping uang logam: Part II.


dalam tetesan keringatnya

senyum itu merekah

berbekalkan senyum dan sebuah gitar seadanya

menyusuri jalan demi jalan

tak peduli teriknya matahari atau derasnya hujan

mengetuk pintu hati rakyat ibukota


demi menafkahi keluarganya, ujar bibir mungilnya

alih-alih sekeping uang logam

sering kali tatapan sinis yang didapatnya

bahkan dalam cacian dan makian yang dilontarkan kepadanya

senyum itu seakan enggan pergi dari wajah mungilnya

ya, memang tak semua pengguna jalan menyukai keberadaannya


namun tak sekali pun sesal terbesit dalam benaknya untuk dilahirkan di dunia ini

dunia yang nampak begitu tak adil bagi bocah setulus dirinya

“bukankah Tuhan begitu baik bagiku?” ungkap senyum itu.

senyum tulus penuh rasa syukur yang membalut setiap derita dan luka yang tersembunyi


aku terperangah dan malu pada diriku sendiri.



Jumat, 10 Desember 2010

Sekeping uang logam.


Sekeping uang logam keemasan terjatuh dari saku seorang pria muda berpakaian jas lengkap, menggelinding pelan melewati kaki-kaki orang yang berlalu lalang di jalan itu, membentur kaki gerobak Hotdog kemudian berhenti tepat di depan sepasang kaki mungil tak beralas kaki yang kotor dan dekil tak jauh dari gerobak Hotdog itu. Sungguh kontras jika dibandingkan dengan berbagai pasang kaki yang berlalu lalang di jalan itu yang bersepatu dengan bermacam warna dan berkilau jika terkena pantulan sinar matahari, atau beberapa sepatu dengan hak tinggi. "Pak! Tunggu! Koin anda terjatuh," ujar pemilik kaki. Oh, ternyata pemiliknya adalah seorang bocah yang kalau dilihat dari wajah dan penampilannya sih mungkin berumur sekitar 5-6 tahun. Bocah ini memungut koin itu dan melangkah cepat mendekati pria muda tersebut. Pria muda itu menoleh, menatap seorang bocah kecil berpakaian lusuh tanpa alas kaki berdiri di hadapannya. Sorot matanya sayu dan bibirnya menyunggingkan senyum halus kepadanya. "Maaf?" "Koin ini milik Bapak. Tadi aku melihatnya terjatuh dari saku Bapak," papar bocah itu, berusaha terdengar sopan. Pria ini perlahan mengalihkan pandangannya pada tangan kanan mungil yang sedari tadi terarah kepadanya, rupanya ada sekeping uang logam lima ratus rupiah di sana. "Oh, koin ini untukmu saja," ujar pria itu cuek. Siapa yang tahu bahwa ucapan tadi sanggup membuat sepasang bola mata berbinar dan sebuah bibir tersenyum lebar? "Wah, terimakasih pak!" seru bocah itu, tak mampu menyembunyikan kegembiraan di dalam kalimatnya. Pria muda itu kembali melanjutkan langkahnya diiringi oleh tatapan bahagia si bocah yang memandangi punggungnya bergerak menjauh hingga menghilang di tikungan jalan. "Terimakasih Tuhan," bisiknya pelan.

Sekeping uang logam lima ratus rupiah yang gak terlalu diperdulikan, bisa sangat berarti untuk seseorang. Begitu banyak anak-anak yang kurang beruntung, sejak lahir dalam begitu banyak tekanan hidup. Keadaan dimana mereka gak bisa mengenyam pendidikan karena keterbatasan ekonomi, sering banget merasa kelaparan, gak punya rumah, bahkan harus jadi tulang punggung bagi keluarganya. Begitu kontradiksi dengan kita, yang bisa dibilang serba berkecukupan namun sering kali gak bisa bersyukur.

Anak A: Mama nyebelin banget sih! Mau beli BB gak boleh!!
Anak B: Hari ini mama batuk darah lagi, tapi uangku belum cukup buat beli obat.

Anak A: AH! MAMA EGOIS BANGET SIH! TERUS AJA DUIT JAJAN GUA DIPOTONG!
Anak B: Hasil jualan koranku hari ini lumayan, makasih Tuhan.

Anak A: Nyokap gua bener-bener keterlaluan! Dikira gak bosen apa makan ayam mulu.
Anak B: Wah makasih Tuhan, dapet tempe gratis hari ini.

...Bukankah sering kali kita menjadi sosok anak A dalam situasi/konflik yang berbeda? Aku pun begitu.
Aku dan kamu harus sama-sama banyak belajar dari sosok anak B.

Kamis, 02 Desember 2010

998 dari 1.000 orang akan bilang Tidak.

"Mungkin wanita memang memiliki 'sindrom merasa gendut' yg mengalir dlm darahnya. Tapi saat celana mulai menyempit, kami menyebutnya fakta."-Sara.

"Kalo disuruh pilih, mau gendut atau tidak?"

Saya yakin, 998 dari 1.000 orang akan berkata Tidak kalo diperhadapkan pada pertanyaan ini. Ini artinya hanya ada 2 dari 1.000 orang yang akan berkata Ya. Dan artinya lagi, ini jumlah yang sedikit banget. Namun nyatanya, dalam hal ini mewujudkan keinginan itu gak semudah mengucapkan Ya atau Tidak. Butuh perjuangan.


Kata orang, "Sekurus-kurusnya wanita dia akan selalu merasa gendut." Dan kata Sara, statement ini 50% kebenaran dan 50% berlebihan.

Kenapa gua sebut 50% benar? Ya, karena memang ada wanita jenis ini.

1.) Spesies Wanita Proposional kurang percaya diri. Wanita jenis ini telah memiliki berat badan yang pas dengan postur tubuhnya, ideal, dan gak punya lemak-lemak mengganggu. Namun masih merasa gendut, kurang kurus, dan diet habis-habisan. Dalam skala yang parah, wanita jenis ini ada mengalami gangguan mental dan cenderung menyakiti dirinya sendiri. Karena gak pernah puas dan selalu ingin menurunkan berat badan. Contoh: Bulimia.

2.) Spesies Wanita mencari ungkapan, "Kamu itu udah kurus banget tau!". Jenis ini, sesungguhnya dari dalam hatinya mengiyakan kalo dirinya memang gak gendut. Tapi masih suka narsis. Dia suka mengumbar-ngumbar di berbagai situs jejaring sosial, "AH!!! Hari ini makan banyak, duh mau kurus:(" dan mendapatkan kepuasan tersendiri saat menerima ungkapan yang dia ingikan tersebut. Jenis ini jarang ditemukan.

Kenapa statement tadi 50% berlebihan? Karena gak semua wanita begitu.

3.) Spesies Wanita dengan lemak terselubung. Wanita ini terlihat baik-baik saja secara kasat mata, tetapi sesungguhnya memiliki lemak terselubung. Lemak yang bersembunyi di balik kecerdikkan wanita dalam memilih pakaian sehingga membuatnya tidak nampak. Atau lemak yang bersembunyi di tempat-tempat yang jarang diperhatikan orang. Wanita jenis ini sering disebut gila karena merasa gendut dan bilang mau menurunkan badan oleh orang-orang disekitarnya yang belum pernah melihat lemak terselubungnya.

4.) Spesies Wanita yang tidak merasa gendut. Faktanya, gak semua wanita merasa gendut. Atau gak semua wanita kurus merasa dirinya kurang kurus. Ada yang biasa-biasa aja, ada juga yang malah ingin menggemukan badan karena merasa kekurusan.

5.) Spesies Wanita yang bahagia meski dirinya gendut. Wanita ini merasa gendut tapi gak peduli. Gak peduli sama apa kata orang tentang dirinya. Gak memfokuskan diri pada kekurangannya, seperti merasa kurang berharga atau kurang percaya diri hanya karena dia gendut.Yang terpenting baginya adalah dia sehat dan dia bahagia. Wanita jenis ini patut menerima Trophy Award. :D

Seperti biasa, postingan saya ini memang berdasarkan kisah nyata. Saya pun adalah satu dari 998 orang tersebut yang memilih Tidak, untuk pertanyaan tadi. Dan segala sesuatu memang butuh perjuangan. Bahkan kata seorang temen gua, "Kalo diet itu gampang, gak bakalan ada orang gendut." Dan setelah mengalami pembaharuan dalam pandangan gua, statement tersebut akan berubah menjadi,

"Kalo diet itu mudah, orang gendut bakal jadi makhluk langka hampir punah yang akan dilindungi dalam Suaka margasatwa."-Sara