Jumat, 29 Januari 2010

profesi hidup.

gua cukup kaget saat tahu kalau bang ojek langganan g selama ini adalah seorang sarjana akutansi yang lebih memilih berprofesi sebagai tukang ojek dengan alasan, "yah, abisnya lebih enak ngojek sih neng." alasan yang cukup sederhana dan bahkan terlalu sederhana buat gua. tapi mengingat g pernah mendengar ada tukang sate S2, dan supir taksi S1, engga terlalu mengherankan juga sih ya, jaman sekarang uda banyak yang model2 kaya begini. tapi meskipun begitu tetep aja reaksi g kaget pas denger itu.

g bukannya memandang remeh profesi dia, tapi g rasa dengan tingkat pendidikan dia yang seperti itu, dia mungkin bisa dapet pekerjaan yang lebih baik dan juga sesuai dengan ilmu sarjanannya, sayang aja dia lebih memilih berprofesi sebagai tukang ojek yang pendapatannya gak menentu, yang tiap harinya mesti panas-panasan dan yg pasti capek banget, sedangkan otaknya yang uda di isi dengan ilmu2 akutansi itu gak di pake. kalo kata guru SD gua dulu mencari nafkah dari tenaga dan otot itu lebih melelahkan ketimbang mencari nafkah dari pikiran dan otak. bner ga ya?hehe

hal-hal seperti ini semakin membuktikan; tingginya tingkat pendidikan seseorang gak menjamin dia akan punya kehidupan yang lebih baik dari seseorang yang gak lulus sekolah dasar (einstein misalnya) tergantung juga gimana seseorang itu menggunakan ilmunya. gak sedikit orang yang kurang beruntung sehingga gak bisa mengenyam pendidikan bisa jadi orang sukses. dan ternyata gak sedikit juga orang yang memiliki kesempatan utk mengenyam pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi kemudian menyia-nyiakan ilmunya.

satu hal yang ada di benak g saat ini, akan jadi seperti apakah gua dan teman-teman g yang lain lima belas tahun mendatang? ahahaha. lucu kali ya pas uda pada gede-gede gitu, uda pada kepala tiga, terus reunian. yang satu kerjaannya ini, yang satu kerjaannya itu, terus cerita-cerita. ahahahaha. gila g smp aja belom lulus masih lama banget ahahahaha

0 komentar:

Posting Komentar